Oleh T.S. Frima
Everyone Can Speak — Public speaking barangkali adalah hal yang paling menakutkan di dunia ini. Kalau tidak percaya, silakan tanya orang-orang di sekitar kita, tentang apa yang mereka rasakan ketika harus berbicara di depan umum. Berdiri di depan lusinan wajah yang mungkin tidak dikenal, dengan tatapan mereka tertuju pada kita, bisa membuat tubuh terasa sangat tidak nyaman. Tangan mulai berkeringat, dan mulut terasa kering. Kaki mulai menggigil, dan suara jadi gemetar. Jantung berdebar kencang seperti gendang ditabuh, dan perut terasa mual. Bahkan kadang kita bisa tiba-tiba merasa sakit perut dan ingin buang air. Jika sudah begitu, yang terpikir oleh kita hanyalah ingin secepat mungkin pergi dari tempat itu!
Setidaknya, begitulah yang terjadi pada kebanyakan orang. Malahan, public speaking barada di posisi puncak dalam daftar phobia, karena amat banyaknya orang yang takut melakukan public speaking.
In our mind
Kalau dipikir-pikir, bisa berbicara di depan umum sebenarnya adalah hal yang bagus bukan? Kita diperhatikan orang—dan mungkin juga difoto-foto— seperti tokoh terkenal. Kita punya kesempatan untuk memberitahu orang tentang hal yang menurut kita benar, hal yang menurut kita penting, dan kita bisa membuat mereka setuju dengan kita. Lantas, kenapa kita ketakutan?
Kalau ditelusuri, sebenarnya yang kita takutkan bukanlah ramainya hadirin itu, melainkan diri kita sendiri. Kita takut kalau-kalau kita salah bicara atau terlihat bodoh; takut kalau penonton tidak suka penampilan kita, tidak mengerti apa yang kita sampaikan; takut dipertanyakan, dikomentari atau dinilai buruk oleh hadirin. Padahal, semua itu tidak terjadi. Semua itu hanya ada dalam pikiran kita sendiri. Tapi kita sudah terlajur gerogi duluan, terlanjur kena demam panggung bahkan sebelum naik panggung!
Pertanyaannya sekarang, bagaimana mengatasi rasa gerogi itu?
Settle down
Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi rasa gerogi adalah membuat diri merasa senyaman mungkin. Pastikan semuanya sudah dipersiapkan sebelum kita tampil. Pakaian sudah rapi, mic sudah dicek (setidaknya oleh panitia), perut sudah terisi, dan hal yang akan disampaikan sudah pasti. Kita tak perlu menghapal apa yang akan disampaikan, cukup mengetahui dengan pasti inti-intinya saja. Bila ada detail teknis yang harus disampaikan, kita bisa membawa kartu kecil atau selembar kertas untuk pengingat. Jika perlu ke toilet, pergi lah ke toilet dulu. Jika ingin membasahi mulut, minumlah dulu.
Saat sudah berdiri di panggung, carilah posisi berdiri yang nyaman. Apakah dengan membuka kaki seperti posisi istirahat di tempat, atau dengan meletakkan kaki yang satu di agak di depan, atau yang lain. Letakkan tangan di tempat yang nyaman juga. Apakah di atas mimbar, atau satu tangan di kantong, terserah saja. Intinya, jangan memulai bicara jika belum merasa nyaman. Oh ya, menarik nafas dalam mungkin bisa membantu.
Distract the senses
Secara biologis, rasa gerogi adalah efek dari adrenalin. Adrenalin mempercepat detak jantung, membuat darah mengalir deras dan menajamkan indra. Ketika keadaan tubuh yang demikian bertemu dengan pikiran negatif, yang terasa adalah kegelisahan yang sangat menyiksa. Setiap butir keringat terasa lebih dingin, setiap kekurangan kecil terasa lebih besar, lebih memalukan.
Untuk mengatasinya, kita hanya butuh mengalihkan perhatian pada hal-hal yang ‘tidak menakutkan’, yaitu hal-hal yang ada di luar diri kita. Misalnya, mulailah memperhatikan lingkungan sekitar dan para penonton. Siapa hadirinnya, apakah ada yang kenal, siapa yang memakai kacamata dan siapa yang berpakaian kasual. Pokoknya, ada banyak sekali hal yang bisa kita perhatikan untuk menyibukkan pikiran dan mengalihkan indra kita agar tak mengkhawatirkan diri sendiri. Dan ketika kita tidak lagi memikirkan diri sendiri, kita akan merasa semakin santai dan percaya diri.
Hal berikutnya yang bisa kita lakukan untuk mengatasi gerogi adalah, menganggap para penonton seperti teman kita sendiri. Secara naluriah, manusia itu senang melihat orang lain berhasil. Begitu juga penonton kita, mereka sebenarnya ingin melihat kita berhasil. Jadi, sebenarnya mereka adalah pendukung kita! Makanya mulailah berprasangka positif pada para penonton.
Agar berbicara terasa lebih nyaman, pikirkanlah cara untuk melibatkan penonton dalam pembicaraan itu. Seperti mengobrol. Meskipun penonton tidak berdialog dengan kita, mereka sebenarnya menanggapi ucapan kita dengan anggukan, senyuman, kerutan dahi, dan semacamnya. Perhatikanlah reaksi para penonton itu, dan bereaksilah terhadapnya. Misalnya, ketika kita lihat para penonton mengerutkan kening tidak mengerti, kita bisa menambahkan penjelasan dengan contoh atau analogi. Ketika kita melihat penonton mulai mengantuk, kita bisa tiba-tiba mengeraskan suara. Pokoknya dinamis, seperti sedang mengobrol dengan teman.
Nah, kalau kita sudah bisa membuat diri merasa nyaman, mengalihkan kekhawatiran, dan menganggap hadirin seperti teman sendiri, yakinlah kita sudah bisa berbicara di depan umum secara tenang dan luwes, tanap terganggu oelh rasa gerogi yang tidak perlu.
picture edited from pilgreenspeech.wikispaces.com
picture edited from pilgreenspeech.wikispaces.com
semoga bermanfaat :)
nice share sob...^_^
sangat membantu artikel nya,,,,
di tunggu kunjungan balik nya..^_^
Post a Comment